Setiap Ibu diberi rahmat oleh Allah SWT dengan cara yang berbeda-beda. Bisa memberi ASI atau pun susu formula, keduanya adalah sama-sama rahmat dari Allah SWT. Atas ijin Allah SWT saya dan Aliyah diberi rahmat dan kesempatan untuk memberi dan mendapatkan ASI. Melalui tulisan ini saya ingin berbagi cerita pengalaman saya menyusui Aliyah selama 2 tahun 2 bulan. Ibu juga boleh banget berbagi pengalaman menyusui nya disini jadi kita bisa saling mendukung bahwa kita tidak berjuang sendirian :)
Waktu hamil Aliyah saya sudah siapkan
tekad untuk memberi ASI. Seorang teman dokter (terimakasih dokter Putri :))
meminjami saya buku "Breast Friends,InspirASI22" karya mbak Adenita. Buku ini dibawah naungan AIMI
(Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) dan berisi beberapa cerita suka duka
dan perjuangan menyusui dari beberapa Ibu yang kebetulan juga anggota pengurus
AIMI. Buku ini sangat recommended
untuk para calon ibu :)
Kembali ke cerita saya, saya melahirkan
Aliyah melalui proses persalinan caesar.
Rumah sakit tempat saya melahirkan waktu itu sangat mendukung ibu menyusui
walaupun bukan khusus RS Ibu dan Anak. Saya dan Aliyah juga sempat
melalui proses IMD (Inisiasi Menyusui Dini)-yang sayangnya cuma sebentar :(-.
Setelah melahirkan, ASI saya tidak langsung keluar. Saya panik dan bingung sekali
waktu itu karena Aliyah menangis terus karena haus. Aliyah lahir dengan berat
3,8 kg yang menurut dokter dia harus segera minum- sebenarnya saya mau bertahan
beberapa hari untuk coba pendekatan dulu dengan Aliyah supaya ASI saya
keluar-. Dan akhirnya selama di RS Aliyah dikasih susu formula dengan
cara disendokin –supaya Aliyah tidak bingung puting-
Pulang ke rumah Aliyah juga masih minum
susu formula. Minumnya dengan disendokin, sering juga tersedak. Kadang
sampai tumpah-tumpah ke baju Aliyah. Susunya disiram siramin ke payudara saya
pun juga pernah supaya Aliyah bisa sambil belajar ngenyot dari puting. Berat badannya langsung turun waktu itu.
Orangtua saya sampai ikutan bingung dan menyarankan untuk mecoba pakai dot.
Saya coba bertahan dulu supaya Aliyah tidak bingung puting. Sering juga saya
menangis hampir putus asa karena ASI saya belum juga keluar. Obat dari
dokter untuk pelancar ASI sudah saya minum. Bapak saya juga membantu
mencarikan jamu untuk pelancar ASI. Alhamdulillah ada, waktu itu
semacam ramuan daun-daunan dan akar tumbuhan -belinya didaerah pecinan Genteng,
Surabaya- yang direbus lama dan rasanya tidak enak :D. Akhirnya kurang lebih
semingguan, payudara saya mulai mengencang sakit. Tapi puting saya juga belum
terlalu keluar dan Aliyah juga belum bisa ngenyot.
Saya lalu mencoba memompa payudara saya
supaya ASI dan puting saya keluar. ASI saya keluar tapi Aliyah tetap belum bisa
ngenyot, padahal puting saya juga
sudah keluar karena dipompa. Tetap saya coba kasih ASI pakai sendok. Saya
coba lagi pakai siram-siraminin ASInya ke puting saya supaya Aliyah belajar ngenyot. Waktu itu saya cuma yakin saya
dan Aliyah pasti bisa. Saya percaya Aliyah, dan saya juga yakin Aliyah
percaya sama saya.
Alhamdulillah saya dan Aliyah akhirnya
bisa. Aliyah bisa ngenyot dengan
posisi saya harus menyangga kepala dengan tangan saya. Ga apa-apa lah yang
penting Aliyah bisa ngenyot.
Pelan-pelan Aliyah akhirnya bisa menyusu sambil saya tiduran, atau sambil
saya duduk. Alhamdulillah sekali.
Saya juga sempat mengalami mastitis laktasi, payudara saya
sakit sekali, bahkan puting yang cuma kena kain baju aja rasanya sakit
sekali. Tapi saya tetap kasih Aliyah ASI karena dari referensi yang saya
baca justru tetap memberi ASI adalah obatnya (dalam kasus yang cukup berat
harus dikonsultasikan segera ke dokter).
Di awal menyusui saya juga masih dalam
kondisi bekerja. Setelah 1,5 bulan cuti melahirkan, saya kembali bekerja.
Kebetulan kantornya di sebelah rumah orangtua saya- selama hamil besar sampai
melahirkan saya menumpang di rumah orangtua-. Tapi karena Aliyah tidak
bisa pakai dot, jadi tiap waktu Aliyah menangis, saya pulang
sebentar, menyusui. Sesekali juga Aliyah saya bawa ke kantor. Klimaksnya
adalah ketika orangtua saya pindah rumah. Jadi saya juga tidak bisa lagi
pulang sebentar-sebentar untuk menyusui. Aliyah juga tidak bisa
sering-sering saya ajak karena saya takut orang-orang terganggu dengan tangisan
Aliyah. Jarak rumah baru orangtua saya -/+ 2 km dari tempat saya bekerja,
jadi saya bawa pompa asi. Waktu itu Aliyah sudah bisa pakai dot -setelah
berganti ganti karet dot, dia akhirnya cocok pakai Pigeon Peristaltic Wide Neck-. Saya juga tidak punya freezer khusus ASI di rumah. Jadi
sebelum berangkat saya pompa dulu ASI saya untuk stok Aliyah selama -/+ 2-3
jam. Nanti bapak saya atau suami saya akan mampir ke kantor untuk ambil
ASI yang saya pompa untuk stok Aliyah sampai saya pulang. Pernah juga saya kirim
ASI pakai ojek online :D. Kadang stok ASI 100 ml, kadang cuma 60-80
ml padahal Aliyah sudah umur 4 bulan waktu itu. Aliyah juga kadang-kadang
menolak pakai dot.
Saya pun berdiskusi dengan suami dan
kami sepakat saya ambil resign supaya Aliyah bisa menyusui. Saya resign tepat
Aliyah umur 4 Bulan, dan kami pulang ke rumah sendiri. Jadi setiap
siang hari hanya saya dan Aliyah berdua di rumah dan dia bisa menyusu sesuka
dia. Saya senang sekali. Oh iya untuk suplemen saya sempat minum Blackmores Pregnancy and Breastfeeding Gold
dan Alhamdulillah it worth. :)
Dari pengalaman saya menyusui mungkin
ini beberapa tips yang bisa saya sharing untuk Ibu :)
- Pasrahin semuanya ke Allah SWT
Proses memulai menyusui bukan hal yang mudah untuk ibu yang ASI nya telat
keluar. Tapi pasrah atas apa yang jadi kehendakNya bisa bikin kita lebih rmudah
menjalani semua prosesnya. Bersyukur atas banyak atau sedikitnya ASI yang
keluar karena semua adalah rejeki dariNya.
- Jangan stres
Jujur saya sangat stres waktu itu dan sedikit kena
baby blues juga. Ini bisa jadi salah satu faktor tidak keluarnya ASI.
- Berkomunikasi dengan keluarga dan lingkungan sekitar
Dukungan dari keluarga juga sangat kita perlukan dalam proses menyusui.
Sharing dengan suami, bapak, ibu dan mertua tentang apa yang menjadi harapan
kita supaya mereka juga bisa mengerti dan menghargai segala keputusan kita.
- . Berkomunikasi dengan bayi kita
Saya meyakini bahwa bonding antara bayi dan ibu sudah terbentuk secara alami
selama 9 bulan kehamilan. Sering berbisik ke bayi, kasih semangat ke bayi kita
bisa jadi cara berkomunikasi kita ke si bayi. Walaupun pendengaran, penglihatan
mereka belum sempurna tapi mereka pasti bisa mengerti apa yang disampaikan
ibunya karena ibunya berbicara dengan ‘hati’ :)
- . Cari referensi sebanyak mungkin tentang menyusui
Sangat sedikit referensi yang saya punya waktu menyusui Aliyah. Pegangan
saya saat itu hanyalah dari membaca buku dan cerita pengalaman menyusui kerabat
dan teman-teman saya- in case pengalaman mereka juga berbeda dari apa yang saya
alami-
- . Tetap semangat dan pantang menyerah
Tips terakhir ini seperti mau maju ke medan perang ya? hahaha. Tapi
semangat dan pantang menyerah lah yang bisa membuat kita melalui setiap detil
proses menyusui. Liat wajah bayi dan in second, pasti kita langsung semangat
lagi deh!
Untuk asupan makanan dan suplemen, atau
printilan pompa memompa saya yakin Ibu sudah banyak tau sekali. Tinggal memilih
yang pas dan sesuai dengan kondisi dan keadaan kita saja :) Semoga sharing saya ini bisa memberi
manfaat ya Ibu :)
Enjoy! :)
Disclaimer: Saya bukan ahli laktasi dan
psikologi, saya hanya sekedar ingin berbagi pengalaman :)
Be First to Post Comment !
Post a Comment