Tidak terasa sebentar lagi tahun berganti. Ganti tahun dan ganti dekade. Sebelumnya saya sendiri tidak menyadari bahwa tahun ini kita akan berganti dekade sampai saya membaca timeline dan, yah teryata dekade juga ikut berganti. Kalau dirunut kebelakang, 10 tahun yang lalu, tentu saya, teman-teman, kita semua mengalami banyak kejadian yang bermakna, Ada suka, duka, susah, senang, keberhasilan, kegagalan, pengharapan, kekecewaan, penantian, pencapaian, dan masih banyak lagi yang kesemuanya meminta kesabaran, keikhlasan, keridhoan kita sebagai manusia yang sebenanya sedang menjalani perannya masing-masing.
Masih teringat 10 tahun yang lalu ketika teknologi mulai berkembang dan seketika semua berjalan begitu cepatnya. Saya yang 10 tahun yang lalu baru saja menjadi sarjana yang kebingungan mencari pekerjaan dan menentukan langkah. Tidak ada yang begitu diinginkan kecuali cepat-cepat bekerja. Dan 10 tahun kemudian memutuskan untuk berhenti dan memilih menjadi ibu rumah tangga. Sempat menjadi ambisius ingin ini ingin itu, lalu menyerah dan memilih mengikuti jalan ceritaNya, lalu kembali ambisius, lalu kembali menyerah dan mengikuti jalan ceritaNya.
Di 10 tahun terakhir saya banyak belajar dari kehidupan yang saya jalani. Saya mencoba meninggalkan jiwa-jiwa ambisius yang dulu. Mengubah persepsi bahwa bahagia sejatinya sangat sederhana. Saya yang terkadang terlalu fokus dengan hal-hal yang besar, mengucap syukur kepadaNya atas hal yang besar, dan terlupa bahwa bisa masak masakan sederhana dengan enak dan dalam keadaan sehat juga perlu rasa syukur. Bisa menyaksikan Aliyah tumbuh semakin tinggi juga perlu rasa syukur. Bisa berpelukan dengan suami meski sambil menangis juga perlu rasa syukur. Dan, ternyata saya punya banyak hal yang harus saya syukuri. Tidak melulu tentang keluarga yang harus selalu bahagia, badan yang selalu sehat, makanan yang selalu enak, hati yang selalu senang, karena semua butuh keseimbangan. Saat kondisi keluarga sedang tak selaras, ada syukur didalamnya bahwa kami masih sama-sama bertahan. Saat kondisi badan yang sedang tidak sehat, ada syukur di dalamnya bahwa sakit adalah tanda dosa-dosa kita sedang dihapuskan. Di dalam makanan yang tidak selalu enak, ada syukur bahwa paling tidak kita masih bisa makan hari itu. Di dalam hati yang tidak selau senang, ada syukur bahwa sedih sesekali pun boleh untuk bisa belajar menerima.
Dua hal yang paling struggle bagi saya di 10 tahun terakhir adalah saat saya harus kehilangan adik laki-laki yang biasanya tidak hanya sebagai adik tapi juga sahabat sejati saya. Ditinggalkan olehnya, jujur menyisakan traumatis yang mendalam bagi kami sekeluarga. Melalui 3 tahun terakhir tanpanya adalah perjuangan. Tapi kami akhirnya bisa mengerti bahwa semua ada waktunya, dan mulai belajar melepaskan yang menjadi milikNya. Yang kedua adalah memutuskan berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga. Bagi saya, belajar untuk menyesuaikan diri dari yang awalnya mempunyai kehidupan sosial di luar rumah, punya penghasilan sendiri dan bebas menggunakannya menjadi ibu rumah tangga yang sehari-hari berdua dengan Aliyah, terkadang ada penghasilan dan terkadang juga tidak sangat butuh waktu belajar yang tidak sebentar. Meski telah menjadi Ibu selama 4 tahun (waktu yang seharusnya sudah bisa membuat saya move on) ternyata masih tergolong kurang bagi saya untuk menyesuaikan diri. Sampai saat saya membaca postingan mbak Iput @iburakarayi tentang untuk menempatkan segalanya dengan mengembalikan lagi kepadaNya. Saya, yang saat ini adalah ibu rumah tangga adalah semata-semata dariNya. Begitu pun dengan teman-teman yang bekerja, semua atas ijinNya. Sesederhana itu sebenarnya. Dan apapun itu semua InsyaAllah akan membawa kebaikan untuk kita.
On the next decade, kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi. Karenanya saya belajar untuk menerima semua jalan cerita dariNya. Bukan berarti menyerah, tapi tetap berjuang dan bertahan. Tentang apa yang nanti menjadi ujungnya, biar saja menjadi rahasiaNya. Dengan prasangka yang baik, InsyaAllah apapun itu akan membawa syukur dan bahagia untuk kita :) Jangan lupa juga untuk berterimakasih kepada diri sendiri karena sudah bertahan dan berjuang ya :)
-Dari Ajeng untuk Ajeng. Terimakasih sudah bertahan untuk berjuang-
semoga tahun 2020 lebih baik ya mbaa,
ReplyDeletedan semua yang diinginkan tercapai. Amiinn :)
Aamiin Allahumma Aamiin, doa yang sama untuk mbak Thya sekeluarga yaa :)
Delete